Apa kabar, mbah?
Rasanya baru kemarin aku ditelfon mbah, rasanya baru kemaren aku tau bahwa kau baik-baik saja.
Sudah bertahun-tahun aku tidak lagi melihat wajahmu, karena kita terpisah oleh jarak, terpisah oleh daratan.
Sebenarnya waktu liburan kemarin aku hendak ingin menjengukmu di tanah seberang itu..melihat bagaimana keadaanmu waktu itu.
Tapi semua terlambat ketika aku mendengar kau telah tiada. Banyak orang yang merindukanmu untuk pulang ke kampung halaman, dan benar saja, kau pulang. Tapi pulang dalam wujud jenazah. Aku masih ingat betul detik-detik dimana kau sampai rumah dengan dibawah alunan ambulan. Kau terbujur kaku dalam peti mati. Kaku, tidak bernafas.
Aku masih ingat betul bagaimana aku menyentuh kain kafanmu untuk melihat mbah untuk yang terakhir kalinya. Mulutmu sudah penuh dengan kapas, hidungmu juga demikian.
Aku masih ingat betul raut wajahmu yang telah dibalut kain kafan, iya aku masih ingat.
Aku masih ingat betul ketika melihat anak-anakmu yang meronta-ronta ditinggal ibunya pergi. Ibuku, budeku, dan seluruh kerabat yang merasa kehilangan.
Sesak di dada, tak kuasa kami kehilanganmu.
Dan keadaan ini semakin larut ketika mbah hendak dimakamkan. Tak rela rasanya mbahku harus tinggal ditempat gelap, pengap seperti itu.
Aku nelangsa. Cucumu yang bertahun-tahun tidak kau temui, tiba-tiba kau datang sudah berbalut kain kafan.
Aku masih ingat, terakhir mbah menelfonku waktu liburan UAS semester 2.
Jujur aku sudah lupa apa yang disampaikan olehnya, yang jelas dia menyampaikan hal-hal yang baik kepadaku, memberikan nasihat yang ternyata itu adalah nasihat terakhir darinya.
Bahkan aku sudah lupa suaranya seperti apa. Aku mencoba mengingat-ngingat kembali, tapi sulit rasanya.
Yang ada dibenakku hanya sekelebat kenangan bisu saat-saat masih bersamamu.
Saat kau menjahitkan aku baju, memasak makanan yang lezat, menyapu dihalaman bersama, main bulu tangkis bersama, memarahi aku saat aku jail ke adikku, bahkan memarahi temanku yang waktu itu suka menggangguku.
Mbah, aku kangen.
Aku selalu mendoakanmu disini, semoga kau menjadi penghuni surga, dan bahagia di alam sana. Amin.
Recording minds
No hatred,
Kamis, 11 Februari 2016
Selasa, 12 Januari 2016
EGO BERBICARA
Di satu sisi, kami sudah terlanjur menjadi teman. Tapi di
sisi lainnya aku sudah muak bersamanya. Tatapannya, perilakunya terhadapku
sungguh memperlihatkan ketidaksukaannya padaku. Banyak hal yang secara implisit
telah menimpa nasib burukku karena dia. Aku tidak bermaksud menyalahkan, tapi
aku menduganya. Kalo sudah begitu, aku bisa apa. Dia banyak mulut, semua orang
terhasut dengan semua omongannya yang tak lain hanya sekedar mencari perhatian
dan membuat kondisi seakan – akan dialah korban, dialah yang terluka. Sesekali
aku mengingatkan bahwa ada kerjaannya yang salah, dan bukannya malah
terimakasih atau langsung memperbaiki ‘ketidaktelitiannya’, dia malah
membesar-besarkan masalah. Intinya, dia tidak mau disalahkan. Katanya mau
dikritik, tapi egonya lebih besar untuk tidak mau mengalah atau tidak mau
mengakui kesalahannya. Kata – katanya tidak bisa dipercaya.
Sangat disayangkan dalam kondisi apapun aku selalu bersama
dia. Tiga tahun satu kelas yang sama, dan saat ini semakin besar intensitasnya.
Aku bisa apa. melihat dia yang selalu mengeluh akan hal sepele yang menurutku
jika menjalani kehidupan dengan santai dan penuh syukur, itu suatu hal yang
lumrah dalam kehidupan. Aku bisa apa. melihat dia yang dengan seenaknya
meninggalkan tanggungjawab besarnya hanya karena ketidakcocokan dengan orang –
orang sekitarnya dan alasan lainnya yang terlalu membawa perasaan. Aku bisa
apa.
Sebetulnya aku benar – benar ingin keluar dari kehidupanmu.
Itu saja.
Kamis, 16 Juli 2015
COBAAN BUAT SETIA
Namanya juga manusia, ga pernah puas, penuh hawa nafsu terpendam yang ga bisa dibendung lagi, liat yang cakep dikit langsung sikut.. yaelaaah
Begitu juga dengan dia yang kebetulan dia golongan darah B (konon katanya gampang banget suka sama orang).
Dia yang udah bertahun-tahun atau tepatnya dari SMP sampe sekarang kuliah pertengahan suka sama si cowo culun yang ajaibnya sekarang kece badai.
Alig banget kan, lama banget diem2 suka sama orang. Itu kalo diuangin udah bisa beli rumah mewah dan mobilnya haha
Tapi perjuangan buat bersikukuh suka sama cowo itu bukan tanpa tantangannya coy, malah kebalikannya banyak banget ujian-ujian yang ujian nasional pun kalah dahsyat katanya (tapi bohong).
Yang paling umum nih, ada cowo yang lebih care dan deket sama dia hahaa.
Secara si doi sekarang beda sekolah, beda kota pula. Ketemu satu tahun sekali, itupun kalo ada buka bersama SMP -_- *pedih*
Berdasarkan survei terpendam selama dia hidup, tercatat udah nyaris 10 orang yang bisa dibilang mereka itu cobaan untuk setia.
Mulai dari temen sekelas, temen ekskul, temen seperjuangan, sampe maba wkwk.
Dan parahnya salah satu diantara 10 itu ada yang sempet jadi pacar (ceritanya mau move on tapi gagal).
Mungkin itu efek frustasi kali ya, nungguin orang yang disukai bertahun-tahun. Entah kapan pekanya, atau si cowo emang sengaja ga peka (bc : ga suka) hiks.
Tiap kali mau move on, si cowo tau-tau dateng lagi.
Udah semangat2, eh ga contact2an lagi.
Ga berusaha buat GR, tapi respon cowo susah banget ga bikin dia GR.
Mau ngomong duluan, tapi dia mencontoh siti fatimah yang menunggu ali bin abi thalib untuk meminangnya, sembari tiap malam berdoa untuk ali bin abi thalib itu *so sweet*
Padahal disamping itu banyak banget yang lebih care, lebih lebih lah sampe jumlahnya 10 orang dan semua didiskualifikasi secara subjektif. Huhu
pengen nangis, tapi udah capek. Mati rasa.
Yaudah gitu aja
*lempar hape*
Begitu juga dengan dia yang kebetulan dia golongan darah B (konon katanya gampang banget suka sama orang).
Dia yang udah bertahun-tahun atau tepatnya dari SMP sampe sekarang kuliah pertengahan suka sama si cowo culun yang ajaibnya sekarang kece badai.
Alig banget kan, lama banget diem2 suka sama orang. Itu kalo diuangin udah bisa beli rumah mewah dan mobilnya haha
Tapi perjuangan buat bersikukuh suka sama cowo itu bukan tanpa tantangannya coy, malah kebalikannya banyak banget ujian-ujian yang ujian nasional pun kalah dahsyat katanya (tapi bohong).
Yang paling umum nih, ada cowo yang lebih care dan deket sama dia hahaa.
Secara si doi sekarang beda sekolah, beda kota pula. Ketemu satu tahun sekali, itupun kalo ada buka bersama SMP -_- *pedih*
Berdasarkan survei terpendam selama dia hidup, tercatat udah nyaris 10 orang yang bisa dibilang mereka itu cobaan untuk setia.
Mulai dari temen sekelas, temen ekskul, temen seperjuangan, sampe maba wkwk.
Dan parahnya salah satu diantara 10 itu ada yang sempet jadi pacar (ceritanya mau move on tapi gagal).
Mungkin itu efek frustasi kali ya, nungguin orang yang disukai bertahun-tahun. Entah kapan pekanya, atau si cowo emang sengaja ga peka (bc : ga suka) hiks.
Tiap kali mau move on, si cowo tau-tau dateng lagi.
Udah semangat2, eh ga contact2an lagi.
Ga berusaha buat GR, tapi respon cowo susah banget ga bikin dia GR.
Mau ngomong duluan, tapi dia mencontoh siti fatimah yang menunggu ali bin abi thalib untuk meminangnya, sembari tiap malam berdoa untuk ali bin abi thalib itu *so sweet*
Padahal disamping itu banyak banget yang lebih care, lebih lebih lah sampe jumlahnya 10 orang dan semua didiskualifikasi secara subjektif. Huhu
pengen nangis, tapi udah capek. Mati rasa.
Yaudah gitu aja
*lempar hape*
NAMANYA JUGA RESIKO 2
Gatau harus milih seneng atau sedih,
Tapi yang jelas ini lagi-lagi masalah kecerobohan si dia yang udah akut.
Waktu itu ada jobs career nih di salah satu perusahaan swasta terkenal dan kebetulan cocok lah sama jurusan si dia. Iseng iseng tapi bergariah, akhirnya dia menawarkan diri deh tanpa pikir panjang dan ga liat keseluruhan announcementnya.
Yaudah deh beberapa hari kemudian, eh ternyata dia keterima kerja 1 bulan di perusahaan itu, seneng sih... tapi ada tapinya.
Tapinya yang bikin nyesek bingung galau tekanan batin dan sejenisnya.
Di notifnya ngomong kalo hari pertama wajib dateng ke kantornya buat briefing, dan apes banget itu pas H+5 lebaran.
Iya kalo si dia orang kota, nah ini orang desa nan di pucuk pulau pula. Apalah kata dunia...
Belum lagi dia harus nyari tiket kereta yang sebenarnya ga usah dicari soalnya udah jamin ga bakal ada. Belum lagi masalah orang tua yang kaget ga terima harus liat anaknya pergi lagi, padahal itu momen lebaran yang penting banget. Bingung kan...
Mau dilepas juga sayang dan merasa harus tanggung jawab atas apa yang udah dipilih sama dia (bc: waktu milih ga teliti).
*tisu berceceran*
Lagi-lagi soal ceroboh.
Betapa ceroboh dapat merusak indahnya dunia huhuu.. yaudah gitu aja :"
Langganan:
Postingan (Atom)