Pages

Selasa, 12 Januari 2016

EGO BERBICARA

Di satu sisi, kami sudah terlanjur menjadi teman. Tapi di sisi lainnya aku sudah muak bersamanya. Tatapannya, perilakunya terhadapku sungguh memperlihatkan ketidaksukaannya padaku. Banyak hal yang secara implisit telah menimpa nasib burukku karena dia. Aku tidak bermaksud menyalahkan, tapi aku menduganya. Kalo sudah begitu, aku bisa apa. Dia banyak mulut, semua orang terhasut dengan semua omongannya yang tak lain hanya sekedar mencari perhatian dan membuat kondisi seakan – akan dialah korban, dialah yang terluka. Sesekali aku mengingatkan bahwa ada kerjaannya yang salah, dan bukannya malah terimakasih atau langsung memperbaiki ‘ketidaktelitiannya’, dia malah membesar-besarkan masalah. Intinya, dia tidak mau disalahkan. Katanya mau dikritik, tapi egonya lebih besar untuk tidak mau mengalah atau tidak mau mengakui kesalahannya. Kata – katanya tidak bisa dipercaya.

Sangat disayangkan dalam kondisi apapun aku selalu bersama dia. Tiga tahun satu kelas yang sama, dan saat ini semakin besar intensitasnya. Aku bisa apa. melihat dia yang selalu mengeluh akan hal sepele yang menurutku jika menjalani kehidupan dengan santai dan penuh syukur, itu suatu hal yang lumrah dalam kehidupan. Aku bisa apa. melihat dia yang dengan seenaknya meninggalkan tanggungjawab besarnya hanya karena ketidakcocokan dengan orang – orang sekitarnya dan alasan lainnya yang terlalu membawa perasaan. Aku bisa apa.


Sebetulnya aku benar – benar ingin keluar dari kehidupanmu. Itu saja.