Pages

Rabu, 24 Oktober 2012

Ayahku super Heroku (?)



Awalnya aku tak mengerti maksud judul diatas ini. Hero? Pahlawan? Yang ada di khayalanku adalah orang gagah hebat perkasa yang selalu membantu orang dengan pakaian hero-nya plus jubah dibelakangnya. Hahaa. Sedangkan bila dilihat dari keseharian ayahku yang gak kenek enggak, apa aku bisa tetep bilang dia hero? Apa aku tetep bisa bilang dia pahlawan yang aku puja-puja? Nggak. ini konteksnya berbeda. (akhirnya aku menyadari itu)


Yaa ayahku emang hero-ku, tapi bukan hero yang ada di cerita negeri dongeng, yang selalu datang *tanpa dijemput* untuk membantu manusia yang membutuhkan. Tidak.

MUAK


Setiap orang pasti pernah punya problem yang sangat sangat berat.  Ini bukan lebay, atau alay, atau kamseupay. Tapi ini emang apa adanya. Yaa memang benar-benar berat.
Seiring bertambahnya umur, kita juga dituntut untuk semakin dewasa dalam memahami arti hidup ini. Tentunya untuk menuju proses itu tidaklah gampang. Butuh waktu.

Yang dulu hal kecil diabaikan begitu saja, namun sekarang perlu diwaspadai. Karena jika diabaikan, maka dia akan memberontak, dan akhirnya.. ya merugikan kita.
semakin dewasa juga, kita harus mempunyai lebih pasokan ‘SABAR’. Hal ini untuk menghindari jika amarah kita sudah tidak terbendung lagi yang diakibatkan oleh emosi sesaaat.
Karena emosi disini juga harus benar-benar dikontrol.  Banyak manusia zaman sekarang yang masih keteteran dalam mengendalikan emosi. Sedikit maunya gini, sedikit maunya gitu, lama-lama mereka malah melunjak dan tidak bisa lagi mengontrol emosi mereka. Yaa seperti anak kecil.. segala sesuatu yang diinginkannya harus dipenuhi, bahkan mereka sangggup untuk melakukan berbagai cara termasuk menekan orang lain untuk memenuhi keinginan atau bahkan sekedar kepuasan belaka.
Entahlah sampai detik ini, aku pribadi paling tidak suka dengan manusia-manusia kelabu seperti itu.
Yaa meskipun aku akui, aku belum bisa meluapkan emosiku dengan baik dan waktu yang tepat. Aku memang tak ada stok sabar jika menghadapi orang yang sejenis itu. Aku muak. Percuma kita bicara ini, protes sini, protes situ. Tidak akan pernah digubris. Yakin sudah.
Mungkin kalian mengira aku sama saja dengan orang kelabu itu, tapi aku yakin aku bukanlah dia.
Aku masih normal dan paham mana yang wajar dan tidak wajar dilakukan. Mana yang pantas dan tidak pantas untuk perilaku seseorang. Dan mana yang baik dan buruk sudut pandang orang tersebut.
Misiku Cuma satu, yaitu “meluruskan yang tidak lurus”.
Jujur aku paling benci dengan kata musuhan, dendam, atau sejenisnya lah.
Karena semua itu percuma, dan sampai kapanpun tidak akan ada akhirnya.
Aku ingin kedamaian, kenyamanan, dan kebebasan.
Terlebih bebas dari orang kelabu yang hanya mengambil untung dari balik permainan yang telah berhasil menjebloskan kita dari sini.
Yang telah berhasil mengadu domba kami semua.
Yang telah merampas hak-hak kita.
Yang telah berhasil membuat orang-orang lurus tak berdaya dihadapannya.
Yang telah berhasil meracuni pikiran orang-orang polos agar mereka bersedia menjadi budak setianya.
Aku muak dengan perilakunya. !!!!!!